Kursi Roda Sinyal Otak Karya Mahasiswa Binus


Sapanesia - Lagi, lagi dan lagi. Tidak ada hentinya Universitas Bina Nusantara menghasilkan mahasiswa yang berkarya untuk perkembangan Indonesia. Mahasiswa asal BINUS kembali menghasilkan karya yang kreatif. Kursi roda sinyal otak adalah karya baru yang di ciptakan mahasiswa BINUS.

Kursi roda menggunakan sinyal otak yang mempermudah bagi orang yang susah dalam bergerak ini merupakan karya dari dua orang mahasiswa Teknik Informatika BINUS. Jennifer Santoso dan Ivan Halim, merupakan pengembang dari kursi roda sinyal otak tersebut. Mahasiswa semester 7 ini membuat kursi roda penuh manfaat itu sebagai proyek skripsi mereka sekaligus untuk memenuhi kebutuhan sekitar mereka yang banyak membutuhkan kursi roda yang mudah digunakan.

Foto : http://usimages.detik.com/community/media/visual/2016/01/23/2ac5f8cf-d7d9-4398-b5c4-59bef53acb25_43.jpg?w=780&q=90

"Banyak yang tangannya patah, cacat seluruh tubuh, lumpuh dari leher ke bawah. Kami ingin membuat sistem yang menolong orang lain," tutur Jennifer kala ditemui di Binus Kampus Jalan KH Syahdan, Palmerah, Jakarta Barat.

Dari hasil pengamatan terhadap penyandang disabilitas di sekitar mereka, ternyata kebanyakan dari mereka itu terjadi cacat fisik namun otak dan pikiran mereka masih sehat. Maka dari itulah tercetus ide dari mereka berdua untuk membuat kursi roda yang memanfaatkan sinyal otak untuk menggerakkannya.

Komponen-komponen utamanya adalah kursi roda dan alat bernama neuroheadset. Neuroheadset adalah alat yang bisa menangkap gelombang listrik otak dan memperkuatnya dalam skala ribuan kali. Neuroheadset ini terhubung ke aplikasi software yang mereka buat di dalam CPU.

"Aplikasi kami akan mengolah sinyal yang diterima dari neuroheadset, lalu difilter untuk mengambil gelombang alfa dan beta, yang kemudian ditransformasi dengan algoritma Fast Fourier Transformation, yang kemudian jadi input untuk mesin," jelas Jennifer

Aplikasi yang dibuatnya kemudian akan meneruskan sinyal yang sedang diproses ke Arduino Uno yakni papan mikrokontroler, dan diteruskan ke motor driver yang akan digunakan untuk menggerakkan kedua motor DC, motor listrik yang bekerja menggunakan sumber tegangan DC.

Cara kerja kursi roda ini memakai 2 data, dengan electric encephalo graphi (EEG) alias sinyal otak untuk disabilitas yang lehernya tidak bisa bergerak dan dengan gyroskop untuk menangkap sensor gerak, bagi penderita yang masih bisa menggerakkan leher.

Ivan kemudian memperagakan kursi roda itu. Dia duduk di atas kursi roda, memakai wireless neuroheadset dengan 14 tangkai yang melingkar di kepala dan memangku laptop. Untuk pengguna pertama, aplikasi software harus merekam respon pengguna, sinyal otak untuk bergerak maju, kiri, kanan, memutar ke kiri dan kanan dari neuroheadset.

Ivan harus sangat fokus untuk menggerakkan kursi roda tersebut. Ketika sinyal otak telah diterima maka roda kursi itu akan bergerak sesuai dengan kemauan ivan. Ivan tidak bergerak, tangannya hanya memegang laptopnya sementara kursi roda bergerak maju dengan sendirinya. Kemudian ketika ingin menghentikan kursi roda tersebut, Ivan hanya mengedipkan mata kiri, atau mata kanan, atau keduanya. Lalu kursi roda akan berhenti dengan sendirinya.

"Apabila tertidur atau panik, kursi roda itu otomatis stop," jelas Jennifer. "Yang lama adalah kami mencari cara bagaimana membuat aplikasi ini mudah digunakan untuk pengguna," Jennifer menambahkan.

Dengan hasil karya mereka berdua ini, mereka mendapat juara ke-2 dalam ajang lomba Pagelaran Mahasiswa Nasional bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (Gemastik) 2015 untuk kategori sistem cerdas. Riset ini juga mengantarkan dosen pembimbing skripsi mereka, Dr Widodo Budiharto, SSi, MKom masuk 15 besar Dosen Berprestasi Nasional. Penelitian ini dibiayai oleh Toray Science and Technology Research Grant dari Jepang.

Foto:http://l3.yimg.com/bt/api/res/1.2/bUs7hCJJ.DWBkK8CJLnjjg-/YXBwaWQ9eW5ld3NfbGVnbztxPTg1O3c9NjMw/http://media.zenfs.com/id-ID/homerun/techinasia.com.id/8507b9176097c4e989644976901f29fd

Menurut 2 mahasiswa tingkat akhir dan dosen pembimbingnya, kursi roda ini masih harus dikembangkan lagi. Ke depannya penyempurnaan akan dilakukan untuk memperbaiki kelemahan di bagian kontroler agar lebih efisien.

"Sistem catu dayanya agar mampu mensuplai tegangan ke kursi roda selama mungkin. Kemudian mengoptimalkan filtering sistem yang ada karena mau tidak mau kita masih berhadapan dengan noise yang muncul dari sistem tubuh manusia yang mengganggu pembacaan sensor EEG tersebut," tutur dosen pembimbing mereka.

Penyempurnaan kursi roda ini juga melibatkan diskusi dengan pihak-pihak kedokteran yang lebih menguasai sisi medisnya, dalam hal ini Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Widodo juga mengungkapkan rencana produksi dari hasil riset ini melalui fasilitator Binus Create.

Ini lah yang ditunggu-tunggu oleh negara kita yaitu anak bangsa yang kreatif dengan karya-karya mereka yang menunjang kemajuan bangsanya. Dengan maksud menyelesaikan study mereka, kedua mahasiswa BINUS ini menciptakan karya bukan hanya membanggakan Universitasnya, namun juga membanggakan Indonesia. Ini merupakan contoh untuk mahasiswa lain bahwa dengan ini kreatif dapat menghasilkan karya yang bermanfaat dan dapat sebagai kunci untuk menyelesaikan study.

Related

Youth Inspiration 8966161022716249293

Posting Komentar

Comments
0 Comments

emo-but-icon

Hot in week

Comments

My Photo
"Merupakan Media Informasi Kepemudaan Indonesia yang Meliputi : Scholarship, Youth Inspiration, Youth Talk, Youth Organisation, Youth Community, Youth Competation"
item